Jumat, 14 Juni 2013

Akhir cerita.


“Tet...tet...tet...” Suara bel masuk berbunyi dengan nyaring. Ini merupakan hari pertamaku masuk SMA favoritku, tapi aku harus terlambat dihari pertamaku karena adikku yang rewel.
“Pak, pak, jangan ditutup dulu pintunya bapa baik deh.” Ucapku berlari kepintu gerbang dengan nada merayu.
“Kamu murid baru ya?” jawab satpam sekolah dengan ramah.
Aku hanya mengangguk sambil memperlihatkan muka yang memelas kepada pak satpam yang bernama Pak Limin.
“Yasudah, kamu boleh masuk asalkan jangan terlambat lagi ya.”
“Iya bapa, makasih bapa.” Jawabku sambil berlari ke dalam sekolah.
                Oh ya, hampir saja aku lupa. Namaku Syafa Aryadian, gadis biasa berumur 15 tahun dengan tinggi badan 155 cm. Kulitku ga item-item banget ga putih-putih juga intinya kulitku kuning langsat, rambutku sepinggang dan keriting gantung dengan sikapku yang bawel, baik, dan manis tapi kadang nyebelin juga sih hehe. Ok sekian perkenalanku, kita lanjut ceritanya..
Akupun berlari tergesa-gesa di koridor sekolah menuju kelas X-8 yang letaknya ada di lantai atas gedung belakang yang cukup jauh dari gerbang depan. Karena aku berlari sambil melihat lantai tiba-tiba saja aku menabrak seseorang “Bukk!” akupun terjatuh.
“Aduh! Kalau jalan liat-liat dong, matanya dipake orang lagi buru-buru nih.” Omelku, sambil berusaha berdiri.
Saat aku melihat wajah orang yang menabrakku, aku hanya bisa melongo asli ganteng banget. Dia sepertinya sebaya denganku.
“Maaf aku ga sengaja, kamu ada yang luka?” ucap cowo tinggi itu.
“Eh, eng...ng...engga ko. Aku ga apa-apa, oh iya aku telat!” ucapku sambil berlari lagi.
                Di kelas aku masiih terbayang-bayang wajah lelaki itu, hingga akhirnya bel pulang berbunyi. Akupun pulang dengan seribu pertanyaan tentang murid lelaki itu, dan berbaring di kamarku.
“Aduh... cowo itu siapa ya? Aku lupa menanyakan namanya lagi, malahan aku marahin dia gara-gara telat sih.” Gerutuku sambil meremas bantal berbentuk hati yang aku pegang. Akupun terlarut dalam bayanganku tentang dirinya.
“Syafa...Syafa....”panggil mamah di depan pintu kamar. “SYAFA...........!” teriak mamah.
“Buk!” aku terguling kelantai karena terkaget oleh suara mamahku yang menurutku seperti gempa berskala 7.5 skala richter.
“Aduh, apa mah?” jawabku berteriak sambil menahan sakit dan membukakan pintu.
“Dari tadi mamah ketok-ketok, dipanggil-panggil eh ga dibukain pintunya, ga di jawab juga. Kamu lagi ngapain emangnya sampe suara mamah ga kendengeran?”
“Hehe...” jawabku singkat.
“Kenapa malah ketawa doang?” mamah heran.
“Hehe... Engga kenapa-kenapa ko ma, lagi seneng aja.”
“Dasar anak muda.” Gerutu mamah.
“Mamah ada apa nyariin Syafa?”
“Mamah lupa lagi mau nyuruh kamu apaan, gara-gara kamu sih.”
“Yeh ko malah nyalahin Syafa.”

ccc

Masa-masa sekolah memang yang paling indah ya, apalagi ternyata aku memiliki perasaan yang spesial pada seorang lelaki, ya lelaki itu adalah dia yang pernah menabrakku di hari pertamaku sekolah. Dan ternyata dia teman satu kelasku, waktu hari pertama dia mendapat dispensasi karena dia mengikuti lomba futsal jadi aku ga tau deh kalo ternyata dia teman sekelasku.
                Awalnya aku segan untuk dekat dengannya, namun karena rasa penasaranku padanya dan akupun tak bisa memungkiri rasa sukaku padanya akupun memberanikan diri untuk jauh lebih mengenalnya. Namanya Fahmi, dia baik dan pengertian.
“Anak-anak kalian ibu akan membagi kalian kedalam 7 kelompok, dan tiap-tiap kelompoknya terdiri dari 5 orang. Dengarkan baik-baik ya, supaya ibu tidak mengulangi apa yang ibu katakan lagi.
Kelompok 1 : Kaka, Aca, Banu, Rizka, dan Toni.
Kelompok 2 : Chika, Fahmi, Tami, Syafa, dan Angga.
Kelompok 3 : Riri, Dani, Gina, Pupi, dan Kintan.
Kelompok 4 : Eko, Ana, Gilang, Luthfi, dan Joana.
Kelompok 5 : Sandi, Catherina, Mano, Sofi, dan Rizky.
Kelompok 6 : Rendy, Laksmi, Cinta, Melvin, dan Jody.
Kelompok 7 : Arfandi, Sally, Agus, Rara, dan Bagaskara.
Ayo semuanya, sekarang kalian duduk bersama kelompoknya masing-masing dan kerjakan lks yang ibu berikan.” Tegas bu Chikata.
Sambil berjalan menuju kelompokku, jantungku berdebar kencang. ”Aduh... aku sekelompok sama Fahmi.” Ucapku senang dan gelisah dalam hati.

Saat-saat berdua dan dekat dengan Fahmipun dimulai, aku merasa nyaman dan semakin menyayanginya karena bagiku Fahmi itu berbeda. Sejak saat itu aku dan Fahmi semakin dekat, aku selalu berbagi cerita dengannya, jika aku membutuhkan seseorang pasti dia selalu ada dan begitupun sebaliknya. Dia itu segalanya bagiku, maklumlah dia cinta pertamaku hehe.
Hari demi haripun berlalu, akhirnya perasaan itu muncul juga ya perasaan ingin mengatakan rasa sayangku pada Fahmi tapi aku tidak bisa mengatakannya saat aku tahu bahwa sahabatku Aca menyukainya juga. Aca sahabatku sejak SMP, dia anaknya baik, sering membantuku. Tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuatku memberanikan diri mengobrol dengan Fahmi dan mengajaknya ke Taman sekolah.
“Ada apa sih Fa, ko tumben ngajak Fahmi ngobrol disini?” tanya Fahmi heran.
“Hm... gini Mi, aku pengen ngomong sama kamu.” Jawabku dengan nada linglung.
“Yaudah Fahmi dengerin Syafa. Emang Syafa mau ngomong apa?”
“Fahmi...aku...aku...aku... gajadi deh.” Ucapku sambil menggaruk-garuk kepala karena gugup.
“Loh ko gajadi? Pasti bohong deh, udah ngomong aja aku kan baik Fa. Ngomong aja Syafa...” Fahmi mendesak.
“Hm... Mi... Aku...su...”
“Hey! Kalian aku cari-cari daritadi!” Kaget Aca.
“Eh kamu Ca.” Ucapku kaget.
“Kalian ngapain disini? Bingung tau nyariin kalian.”
“Eh engga lagi ngapa-ngapain ko, udah ah kita ke kelas yuk! Panas nih.” Ucapku merubah pembicaraan.

ccc

Siang itu aku gelisah karena kejadian kemarin, aku hanya memeluk tiang balkon rumahku sambil berbicara sendiri. “Gimana nih aku udah pengen ngungkapin semua perasaan aku, tapi aku ga mungkin nyakitin hatinya Aca tapi aku juga pengen Fahmi tau isi hatiku.” Ucapku bingung sambil menatap langit biru.
Tiba-tiba handphoneku bergetar, dan ternyata itu telfon dari Fahmi akupun segera menjawab telfon itu.
“Halo Fa, sibuk ga hari ini? kalo engga tolong dateng ke KFC ya aku tunggu jam 3 ya ada sesuatu yang mau aku bicarain. Bye.”
                Aku masih terheran dengan Fahmi, belum aku jawab sepatah katapun tapi dia sudah menutup telfonnya ya sudahlah aku datang saja dari pada dia mengamuk.
Di KFC...
“Apa Mi? Kamu serius? Pasti gabenerkan semua omongan kamu?”  ucapku kaget.
“Engga aku serius, aku suka sama kamu Fa. Sejak awal kita bertemu pas tabrakan di koridor aku udah ngerasa lain sama kamu. Kamu mau jadi pacar aku Fa?” pinta Fahmi pelan.
“Hm.. sebenernya akupun punya perasa yang sama kaya kamu Mi, dari awal kita bertemu dan kita sekelas tapi...” ucapanku terhenti dan air mataku akhirnya membasahi pipiku.
“Kamu kenapa Fa? Ko kamu nangis?” tanya Fahmi kaget.
“Mi, aku bahagia banget kamu punya perasaan yang sama kaya Syafa ke kamu. Rasa sayang aku terbalas, tapi...”
“Tapi kenapa Fa? Bilang sama aku ada apa?”
“Temen aku juga ada yang suka sama kamu, dia suka banget dan aku gamau nyakitin dia.”
“Siapa dia Fa?”
“Aca Mi, dia juga suka sama kamu. Aku bingung harus gimana Mi.”
“Yaudah hal tentang Aca nanti kita bicarakan baik-baik sama dianya. Fahmi sayang cuman sama Syafa, buat aku kamu beda Fa. Sekarang pertanyaan aku, Syafa Aryadian mau nerima aku ga?” tanya Fahmi lembut, sambil memegang tanganku.
Tangisanku terhenti dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum padanya.

ccc
“Ah... ternyata kamu di sini Fa, aku cari-cari.” Kaget Aca.
“Eh, ada apa Ca? Kebetulan ada kamu, aku pengen nanya sesuatu sama kamu.” Jawabku lembut.
“Oh... mau nanya apa nih, aku siap menjawab.”
“Menurut kamu gimana kalo ada dua cewe yang temenan yang suka sama satu cowo yang sama, tapi si cowonya suka sama salah satu cewenya aja?”
“Menurut aku, temen yang satunya lagi harus ngerti. Mungkin si cowo itu emang ditakdirin bukan buat dia. Emangnya kenapa Fa?” heran Aca.
“Sebenernya Ca, aku sama Fahmi udah jadian kemarin.” Ucapku pelan.
Aca terdiam sejenak dan terlihat canggung. “Beneran Fa?” tanyanya memastikan.
“Em... iya Ca. Aku gabisa nolak dia, Ca jangan marah ya maaf.”
“Hm...” Aca menarik nafas yang panjang. “Engga ko, aku malah seneng.  Ya seperti yang aku bilang tadi, mungkin Fahmi bukan untuk aku dan ya walaupun sedikit sakit hati tapi aku ngerti ko sebagai sahabat kamu. Baik-baik ya sama Fahmi.” Ucapnya tegar.
“Ah Aca... kamu emang sahabat aku yang paling baik banget.” Ucapku sambil memeluk Aca.
                Tiba-tiba Fahmi datang dengan heran.
“Eh Fahmi, selamat ya jaga baik-baik sahabat aku.” Ucap Aca.
“Aca, kamu gamarah sama aku dan Syafa?” tanya Fahmi heran.
“Ya engga dong Mi, malahan aku seneng kalo sahabat aku bahagia.”
“Aca, makasiih ya. Aku pati bakal jagain Syafa ko.”
“Oke sip.”
ccc

Hari demi hari aku lalui bersama Fahmi, dan tak terasa dua setengah tahun aku bersamanya menjalani hari di SMA. Aku dan dia selalu menerapkan prinsip saling percaya dan saling mengerti dan itulah yang membuat aku dan dia bahagia. Namun ya manusia hanya berencana, kebahagian yang aku rasakan bersama tidak berlangsung lama karena aku harus merasakan sakitnya hal ini, ya aku mengalami kecelakaan. Aku ditabrak mobil dan keadaanku langsung kritis karena terjadi pendarahan di kepalaku duniaku serasa runtuh seketika.
Saat aku membuka mata, wajah sedih Fahmi, Aca, dan mamah sudah ada di hadapanku. Aku serasa mati rasa, rasanya tak kuat melihat mereka harus menangis menatapku terbujur kaku dengan selang oksigen dan infusan yang menancap di tubuhku.
“Tante, Aca, Syafa sadar.” Ucap Fahmi girang.
“Mamah, Fahmi, Aca... aku dimana?” ucapku lirih.
“Kamu di rumah sakit sayang.” Ucap mamahku pelan.
“Fa, maafin aku ya. Fahmi ga bisa jagain Syafa dengan baik, Aku mestinya nganterin kamu pulang tapi aku terlalu sibuk sama duniaku sendiri...” ucap Fahmi sambil menangis.
“Bukan salah kamu ko Mi, ini semua kehendak-Nya kalau pada akhirnya Syafa harus gini.” Jawabku pelan, yang akhirnya air mata membasahi pipiku. Air mata itu terasa sedingin es saat mengenai pipiku. “Mamah, Fahmi, Aca, Syafa sebentar lagi mau pergi. Syafa minta maaf ya, apalagi sama mamah maafin Syafa ya mah.” Lanjutku lirih.
Aku hanya melihat mamah dan Aca menangis, begitupun Fahmi. Aku tak kuat melihat mereka menangis.
“Engga Fa, engga. Kamu ga akan pergi kemana-mana.” hentak Fahmi sambil menggenggam tanganku.
“Iya Fa, kamu bakalan sembuh, kamu ga akan kemana-mana kamu akan disini bersama kita.” tutur Aca.
Aku hanya bisa tersenyum, dan ah aku sudah pasrah pada-Nya. Aku sudah ikhlas jika harus meninggalkan mereka semua, ya mereka yang aku cintaai sepenuh hatiku.
“Mi, Ca, aku minta kalau aku pergi Aca gantiin Syafa disamping Fahmi ya dan Fahmi juga harus nyayangin Aca kaya Fahmi nyayangin aku.” Ucapku pelan dengan nafas yang tersenggal-senggal.
“Engga Fa, kamu ga akan pergi! Fahmi sayang banget sama kamu Fa.” Jawab Fahmi menghentak.
“Mamah, Syafa sayang mamah. Mamah baik-bak ya dirumah sama papah. Fahmi makasih ya, kamu pacar yang paling baik yang pernah aku milikin dan kamu Ca kamu sahabat yang paling baik sedunia yang paling ngerti Syafa. Aku sayang kalian semua, sayangnya Syafa ke Fahmi ga akan pernah ilang. Lai..la...ha..Illahlah..” akhir ucapanku.
Tangankupun terjatuh dari genggaman Fahmi, aku sungguh merasa bahagia di akhir hayatku. Ya, dua setengah tahun yang bahagia di dunia. Akhirnya cinta yang telah aku inginkan selama ini, cinta pengisi kehampaan hatiku telah aku temukan dan aku miliki. Makasih Mi, kamu lelaki yang paling baik yang pernah aku kenal, aku sangat menyayangi kamu sampai kapanpun juga. Syafa selalu sayang Fahmi Idza Nugraha, akhir cerita yang indah bagiku. Thanks GodJ

Inspiring from my sista.
Dedicated for someone who far away in there.
January, 6th 2013

0 Comments:

Posting Komentar

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com